Misi Kemanusiaan Palestina

Misi Kemanusiaan Palestina

Sebelum berdiri negara zionis Israel. Wilayah Palestina merupakan negeri penuh kedamaian. Palestina hidup harmonis. Umat Islam, Kristen, dan Yahudi hidup rukun berdampingan. Aktivitas peribadatan berlangsung khidmat. Tanpa gangguan dan teror. Rumah ibadah tertata baik.

Palestina memiliki infrastruktur kota yang memadai di masa itu diantaranya bandara internasional Qalandia yang dibangun pada tahun 1924. Bandara Internasional Yerusalem, nama lain bandara Palestina ini menjadi penghubung dunia internasional untuk kegiatan militer, ekonomi, dan umum. Selain itu, telah terdapat jalur kereta api Jaffa atau Jerusalem Railway. Jalur ini menghubungkan antara Yerusalem dengan Pelabuhan Jaffa (sekarang menjadi wilayah Tel Aviv Israel).

Kehidupan damai berubah menjadi zona konflik sejak keputusan PBB membagi wilayah Palestina menjadi dua bagian di tahun 1947. Sebagian wilayah dibagi untuk masyarakat arab dan sebagian wilayah lain untuk wilayah Yahudi. Puncaknya pada tanggal 14 Mei 1948, deklarasi negara Israel.

Wilayah Israel semakin luas seiring kebijakan aneksasi terhadap pemukiman warga Palestina. Menurut Biro Pusat statis Palestina, Israel telah mencaplok 85 persen wilayah Palestina. Upaya pengusiran warga Palestina terus berlangsung hingga kini.

Setiap tahun ribuan jiwa rakyat Palestina meninggal dan kehilangan tempat tinggal. Pada tanggal 17 Oktober 2023, Israel melakukan pengeboman terhadap Rumah Sakit Al Ahli di Gaza, akibatnya 500 jiwa meninggal seketika.

Israel merupakan negara yang kebal hukum internasional. Israel bebas dari berbagai hukuman, meskipun melakukan pelanggaran hak asasi manusia seperti pembangunan permukiman Israel di Palestina, pembunuhan jurnalis dan tenaga medis. Resolusi PPB terkait hukuman bagi Israel selalu ‘mati kutu’ menghadapi veto Amerika.

Di masa awal merdeka, Palestina menjadi salah satu negara yang mengakui Indonesia secara de facto, sebagai negara berdaulat. Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, mufti besar Palestina, sosok yang berjasa menyampaikan Indonesia sebagai negara merdeka ke dunia internasional.

Misi kemanusiaan bangsa Indonesia menjadi harapan bagi keberlangsungan kehidupan warga Palestina. Suplai logisitk berupa obat-obatan, makanan, air, dan berbagai kebutuhan pokok menjadi prioritas untuk menanggulangi krisis kemanusiaan.  Pasca perbatasan Rafah-Mesir dibuka, setidaknya menjadi ‘angin segar’ untuk kelancaran misi kemanusiaan di Palestina.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *