Merawat Aset Kebaikan

Merawat Aset Kebaikan

Manusia bekerja untuk mendapatkan penghasilan. Hasil jerih payah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sebagian penghasilan diinvestasikan dalam bentuk aset berupa tabungan, emas, tanah, saham, dan aset digital. Harapan utamanya agar harta semakin berkembang, menjadi passive income, lalu dapat dinikmati di masa tua.

Aset menjadi tolok ukur kekayaan seseorang, sekaligus menjadi instrumen menumbuhkan kebajikan. Harta yang berlimpah ruah dapat menjadi aset kebaikan manakala memberikan manfaat bagi sekitar, digunakan untuk membantu anak dan keluarga miskin.

Harta menjadi solusi membantu saudara kita yang ditimpa musibah. Harta dapat dikelola untuk memfasilitasi Pendidikan berkualitas, kemandirian ekonomi masyarakat kecil. Harta yang dirawat dengan baik akan berkembang, semakin memperluas peluang amal kebaikan.

Selain harta, ada aset yang tak kalah berharga. Aset itu bernama sobat baik. Teman dekat. Kawan yang mengajak kita pada jalan kebaikan. Sahabat yang senantiasa mendorong diri kita semakin produktif dan bermanfaat.

Persahabatan dapat membuka jalan rizki. Persahabatan yang dirawat yang melalui silaturahim, akan memperpanjang usia. Berkunjung secara luring atau daring. Berbagi cerita, kiat, dan pengalaman. Saling memotivasi dan menginspirasi. Makan bersama, saling memberi hadiah, akan menguatkan persahabatan.

Di antara semua aset kebaikan, yang paling berharga, tentu saja keluarga. Keluarga kecil atau keluarga besar, tempat yang membuat kita tenang dan bahagia. Kasih sayang orangtua. Doa dan bakti kita pada orangtua. Dukungan suami atau istri dalam karier. Anak-anak yang soleh, akan menjadi muara kebaikan kita.

Semakin baik hubungan dengan keluarga, semakin terbuka lebar jalan meraih harapan dan misi hidup kita.

Mari rawat aset kebaikan kita dengan kepedulian dan ketulusan.

Meningkatkan Level Kebaikan

Meningkatkan Level Kebaikan

Seorang atlet berlatih ekstra keras untuk menjadi juara. Penggemar otomotif mengeluarkan biaya besar untuk mendapatkan fitur kendaraan yang canggih dan elegan. Perwira militer mengikuti ujian, melaksanakan penugasan, menuntaskan pertempuran secara maksimal untuk mendapatkan pangkat tertinggi.

Setiap pencapaian level tertinggi memerlukan usaha terbaik. Demikian pula seseorang yang ingin menjadi pribadi mulia di hadapan Allah harus meningkatkan level kebaikan yang dimiliki. Terus memacu kualitas dan kuantitas amal soleh hingga akhir hayat.

Ketika Ramadhan tiba, itu peluang bagi orang beriman untuk melipatgandakan amal soleh. Dimulai membiasakan sholat khusyu. Memfokuskan hati dan pikiran untuk beribadah. Menahan lapar dan dahaga dengan niat berpuasa.

Bertekad menjahui kebatilan. Mensucikan harta dengan berzakat. Membantu fakir dan miskin. Melindungi diri dari perbuatan keji dan zina. Mampu menahan pandangan dari sesuatu yang haram. Menunaikan amanah, menepati janji. Konsisten memelihara sholat tepat waktu dan berjamaah.

Pada akhirnya, manusia akan mendapat kompensasi terbaik atas kebaikan yang diupayakan, berupa surga. Mendapatkan surga sesuai tingkat amal soleh. Mendapatkan kenikmatan yang abadi.

Resolusi Dunia Akhirat

Resolusi Dunia Akhirat

Tahun berganti. Dari 2020 ke 2021. Inilah ritme kehidupan. Menapaki waktu demi waktu. Menjalankan alur kehidupan sampai hari akhir tiba.

Pandemi membuat masa depan serba tidak pasti. Kita diminta untuk mempersiapkan bekal terbaik. Bekal untuk memenuhi hajat di dunia. Terpenting, bekal menuju akhirat.

Hidup perlu sinkronisasi. Perbuatan dunia semestinya selaras dengan visi akhirat. Alangkah tepat, jika menyiapkan resolusi dunia akhirat sejak sekarang.

Resolusi berarti keputusan. Ketetapan hati pada langkah apa yang akan ditempuh. Merancang sejumlah harapan terbaik dalam hidup kita.

Mengapa resolusi penting? Agar kita punya keteguhan hati. Mantap memilih setiap jalan. Meraih cita. Mencapai titik prestasi gemilang dalam hidup kita.

Lalu, dari mana memulai resolusi dunia akhirat kita?

Mulailah dari visi akhirat. Arah yang benar. Jalan yang lurus. Terbentang kemuliaan dan kebahagiaan. Sebab manusia yang ditakdirkan lahir ke dunia, kemudian akan menghadapi hari perhitungan. Pada akhirnya masa panjang kita ada di akhirat.

Akhirat yang jauh itu kita tarik benang merah di kehidupan kita saat ini. Hendak menjadi apa. Ingin dapat apa kita hari ini. Utamanya pada tahun 2021.

Kematangan Jiwa

Anak yang soleh lebih bernilai dibanding keunggulan lain. Kelebihan lain seperti kaya, berilmu, itu hanya pelengkap. Bagi orang tua, anak soleh inilah bekal terbaik. Anak soleh mengalirkan pahala tiada henti.

Bukan perkara mudah, mempertahankan iman di tengah derasnya informasi digital. Kesibukan kita di sosmed, jangan sampai menanggalkan tugas pokok utama sebagai hamba Allah, yakni ibadah.

Aqidah mesti lurus. Akhlak yang mulia. Ibadah ditunaikan secara istiqomah.  Senantiasa bertobat. Inilah pondasi keslehan. Kematangan jiwa sangat ditopang oleh kesalehan kita.

Semakin soleh, semakin matang jiwa kita. Kematangan jiwa menjadi bekal utama menghadapi masa-masa sulit.

Memanfaatkan Ilmu

Hari ini, akses informasi, ilmu pengetahuan, dan keahlian begitu mudah didapat. Sepanjang waktu berjalan, maka sedapat mungkin ilmu kita bertambah.

Masa pandemi, saat aktivitas ke luar terbatas, ini saatnya kita belajar dan berkreasi. Dari google, youtube, e-book, kita bisa belajar hal baru. Mempraktekkan ilmu baru.

Ilmu yang sudah kita kuasai di perguruan tinggi atau dari membaca, semestinya bisa dimanfaatkan untuk menciptakan perubahan di sekitar kita. Mendidik anak muda. Berbagai pesan moral dan pengalaman sukses.

Kaya yang Halal

Semakin banyak harta, semakin banyak peluang amal. Kesempatan memberi dalam jumlah besar. Besarnya pendapatan akan mendorong kemampuan kita berzakat, bersedekah, dan berwakaf.

Harta yang baik diperoleh dari jalan yang halal. Dibelanjakan pada sesuatu yang halal dan bermanfaat.

Banyak ibadah dan kebaikan memerlukan dukungan harta. Haji dan umroh perlu harta. Menunaikan aqiqah. Membangun masjid. Mendirikan pesantren. Memberikan layanan ambulance gratis. Sekolah gratis. Rumah sakit gratis. Wakaf sawah, mall, dan hotel, hasilnya untuk kegiatan bermanfaat.

Berupaya menjadi kaya, agar kelak mendistribusikan segenap kekayaan di jalan yang penuh berkah. Kita pakai harta secukupnya, sebagian besar didermakan di jalan Allah.

Memimpin dengan Hati

Memimpin sejatinya mengambil peran. Peran untuk menciptakan perubahan. Jabatan itu penting, meski bukan segalanya. Berkuasa itu banyak maslahat, selama punya itikad mulia.

Orientasi kepemimpinan yang benar akan mendorong pemimpin mengambil tindakan yang benar. Tidak akan memilih jalan korupsi. Sebaliknya, mengambil kebijakan yang tepat. Menciptakan multiplier effect kemanfaatan bagi bangsa dan negara.

Memulai dari hati yang bersih. Niat yang tulus. Jadilah pemimpin di manapun kita berada. Minimal menjadi pemimpin untuk diri sendiri. Pemimpin bagi keluarga kita.

Ciptakan kebaikan. Ciptakan keunggulan. Ciptakan perubahan. Jika belum bisa melakukan perubahan besar. Setidaknya dalam satu pekan, kita menciptakan perubahan kecil secara konsisten.

Komitmen Hidup Sehat

Nikmatnya dunia hanya bisa dirasakan ketika kita hidup sehat. Mata sehat untuk melihat warna-warni panorama alam. Telinga sehat dapat mendengar kicauan burung dan semilir angin.

Hidung yang sehat dapat mencium nikmatnya aroma kopi gayo khas Aceh. Lidah yang sehat mampu mengecap lezatnya nasi kebuli.

Ada yang mengatakan sehat itu mahal. Bisa jadi benar, ketika sakit membutuhkan biaya besar agar tubuh kembali sehat. Sehat juga bisa jadi murah, ketika kita tahu dan mampu merawat tubuh secara tepat.

Hari ini banyak sahabat berguguran di masa pandemi. Kematian memang takdir. Tidak bisa dihindari. Kita semua akan mengalami kematian. Terlepas dari takdir, kita mesti punya prinsip hidup sehat.

Hidup sehat itu tentang komitmen diri. Tekad mengendalikan pola makan. Tidak semua makanan dibutuhkan tubuh kita. Banyak makanan dengan harga terjangkau yang menyehatkan. Bahan makanan tidak harus digoreng, banyak cara mengolah makanan seperti direbus dan dikukus.

Setiap penyakit ada sebab dan obatnya. Sebab penyakit bisa kita cegah. Mencegah lebih baik ketimbang mengobati. Mencegah berarti kita memilih makanan sehat. Olah raga secukupnya. Istirahat cukup.

Tahun 2021, pandemi belum berlalu. Tubuh kita akan diuji oleh virus yang bertebaran dan tidak tampak. Penerapan prokes juga soal komitmen kita hidup sehat. Jika kita sehat, maka banyak hal positif bisa dikerjakan. Resolusi dunia akhirat bisa kita lakukan lebih optimal.

Selamat berjuang di tahun 2021.

Pejuang Rupiah di Pulau Dewata

Pejuang Rupiah di Pulau Dewata

Hingar bingar itu tiba-tiba berubah menjadi sepi. Jalanan Kuta yang terkenal ramai dan macet, kini sunyi. Nyaris tidak ada wisatawan di sepanjang pedestrian. Malam terasa senyap, seolah tidak berpenghuni.

Resto hotel ditutup tirai. Kursi ditaruh di atas meja dengan posisi terbalik. Hanya tampak security berjaga. Akses masuk ke pantai kuta ditutup dengan palang kayu.

“Tamu hotel mulai turun sejak Desember lalu”, kata Gigih Ardika, kawan yang berprofesi guide. Sejak corona menyebar di Wuhan, hotel bintang lima mulai kehilangan tamu asing. Okupansi hotel perlahan mulai turun. Kondisi yang sama juga dialami hotel budget. Tamu domestik surut seiring penerapan pembatasan sosial.

Masuk bulan Mei, hotel makin sepi pengunjung. Berbagai cara dilakukan agar bisnis hotel bertahan di tengah pandemi. Paket diskon dibuat. Menginap sebulan cukup 3 juta. Bayar sekarang, dengan harga murah. Waktu menginap bisa diatur. Masa berlaku booking hotel sampai akhir Desember 2020.

Usaha sudah dijalankan oleh sejumlah hotel. Hasil belum begitu signifikan. Sebaliknya, efek domino yang terjadi. Tidak semua hotel punya cashflow melimpah. Jika ada, belum cukup menutup biaya operasional.

Dampaknya, puluhan karyawan mulai dirumahkan. Ribuan karyawan terpaksa di-PHK. Gaji pupus, pesongon belum tentu diberikan. Yang pasti, biaya hidup tetap berjalan. Beruntung jika tidak punya hutang atau cicilan.

Mitra hotel juga kena imbas. Penyedia transportasi tidak dapat pesanan. Pemasok bahan makanan dan perlengkapan hotel berkurang, bahkan berhenti. Sopir dan guide tidak dapat penumpang.

Kios-kios kecil di sekitaran tempat wisata tutup. Warung makan sebagian tutup, karena biaya sewa tak sebanding dengan pemasukan. Pedagang asongan pulang ke rumah membawa barang dagangan yang masih utuh.

Bertahan di Bali

Bertahan hidup adalah sebuah keniscayaan. Survival untuk menyambung hidup. Bali adalah harapan pejuang rupiah. Muara untuk mengais rejeki bagi insan perantau. Kondisi pahit dan berat mesti diterima. Ekonomi sedang sempit.

Sebagian perantau memilih pulang kampung untuk bercocok tanam. Berkumpul kembali bersama keluarga besar. Jika kondisi pulih, mungkin akan kembali.

Ada pula yang memilih bertahan di Bali. Memanfaatkan aset yang dimiliki. Mobil, sepeda motor, gadget, perlengkapan dapur menjadi mesin produksi.

Mencetak lembar demi lembar rupiah agar tetap bertahan hidup di Bali. Sisa gaji, tabungan, tabungan anak, terpaksa jadi modal dagang.

Di jalanan seputar Denpasar, terlihat mobil yang biasa dipakai antar tamu, digunakan untuk jual telur, manggis, dan durian. Tepi jalan yang kosong dimanfaatkan jual nasi, aneka jajanan, dan minuman.

“Kang Dadang sekarang jualan Bakso Tahu ?”

“Bukan cuma jualan, tapi saya buat dan olah sendiri….

“Efek corona ya Kang ?”

“Iya….terpaksa banting setir, lepas rem, kopling dan gas, tapi usaha ini Insya Allah akan terus saya lakukan walau corona sdh berlalu, sekarang lagi menyiapkan SDM utk jadi partner saya produksi Bakso Tahu nya, biar nge-Hit’s, biar bisa Go-Food 💪”

Status facebook Kang Dadang ramai komentar. Kawan baik asal Bandung. Sejak tahun 90-an telah menginjakkan kaki di pulau dewata. Macam-macam profesi telah dilakoni.

Sebelum corona datang, Kang Dadang adalah driver plus guide. Mahir bahasa inggris dan bahasa jepang. Bahasa Bali juga fasih. Saat ini tengah beralih profesi menjadi penjual bakso tahu. Bakso tahu diproduksi di rumah. Jika ada yang pesen, Kang Dadang yang kirim.

Pejuang rupiah, tak hilang akal, mencari peluang di balik krisis. Roda kehidupan keluarga harus terus berputar. Kreatifitas dan terobosan dilakukan agar kuat bertahan hidup.

Sosok pejuang rupiah lainnya bernama Gigih Ardika. Seorang sahabat yang berkecimpung di wisata halal. Khusus menyasar wisatawan muslim. Mengalami kondisi yang sama karena imbas corona. Tidak ada satu tamu pun yang diantar.

Kondisi wisata yang sepi, tak menyurutkan Gigih untuk bertahan di pulau dewata. Asa dan daya juang tetap menyala. Sesuai namanya gigih. Hidup penuh kegigihan.

Semangat dan optimis. Berusaha melihat peluang. Jelih membaca kebutuhan sekitar. Gigih memilih berjualan kebutuhan sembako, sarden, dan aneka makanan olahan. Matanya mulai berbinar seiring ikhtiar mulai menampakkan hasil.

Petani jamur asal Madiun Candra Aris. Beberapa tahun silam mulai menanam jamur tiram. Diawali menanam di samping rumah, Denpasar. Kini telah berkembang. Di Tabanan, bekas kandang ayam disulap jadi area tanam jamur.

Di tengah krisis, jamur terus bersemi. Panen tetap berlangsung. Hasil panen jamur didistribusikan ke pasar, penjual jamur crispy, dan rumah tangga. Tidak ada kelus kesah. Candra yang puluhan tahun tinggal di Bali juga menjual olahan jamur, keripik jamur.

Fitrah manusia ketika menghadapi kesulitan, menggunakan segenap akal dan kemampuan untuk mencari solusi. Terus berjuang, agar anak dan istri bahagia. Tercukupi kebutuhannya. Begitu spirit yang tertanam di jiwa pejuang rupiah. Pantang menyerah. Terus berupaya.

Berbagi di Masa Sulit

Tercengang, ketika mendapati seorang pejuang rupiah yang dirumahkan, tapi tetap menyisihkan sisa penghasilan untuk sedekah. Pekerja departmen store memberikan sebagian gaji bulan lalu untuk membantu keluarga yang terdampak pandemi melalui Dompet Sosial Madani.

Masa sulit tak menggoyahkan spirit beramal. Sahabat saya Kang Dadang, Gigih, dan Candra juga aktif dalam misi sosial. Mereka terlibat aktif dalam penanggulangan COVID-19. Berbagi harta atau tenaga adalah kebaikan yang ternilai.

Gigih yang aktif di masjid Sadar, juga turut membagikan paket makanan berbuka. Menggalang kepedulian untuk berbagi kepada sesama. Ramadhan di tengah wabah membuat sebagian keluarga sulit mendapatkan menu buka yang layak. Bersama jamaah masjid Sadar, Gigih menginisiasi program dapur umum selama Ramadhan.

Seorang sahabat asal Baturiti, Tabanan. Sidik Prastowo, biasa dipanggil Mas Dik. Sebelum wabah corona, bisnis umrohnya sedang naik. Didukung sejumlah bank syariah. Kini beralih berjualan sayur. Sayur segar asal Baturiti. Melayani pengiriman dari rumah ke rumah.

Sambil berjuang, menjemput rizki yang halal. Mas Dik sangat aktif membantu fakir miskin dan keluarga yang terdampak wabah. Bersama sejumlah komunitas seperti TDA, mas Dik turun langsung membagikan paket sembako, masker, dan makanan siap saji.

Sampai berapa lama pejuang rupiah bertahan. Seberapa kuat mengais rizki, bertahan hidup demi keluarga di tengah pandemi.

Produktifitas kerja harus tetap dipacu. Supaya pundi-pundi rupiah terus mengalir. Demikian pula produktifitas kebaikan terus digenjot. Kebaikan meringankan derita. Kebaikan membuka pintu rizki.

“Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)

Pejuang rupiah bukan semata mencari rupiah. Pejuang rupiah bernilai ibadah. Pejuang rupiah berlimpah pahala dan menghapus dosa. Pejuang rupiah untuk menghidupi keluarga dan berbagi pada sesama. Insya’ Allah berujung surga.

Produktivitas Amal

Alhamdulillah. Ramadhan tiba. Hari pertama bertepatan hari Jum’at. Bersyukur, Allah masih beri kesempatan melewati Ramadhan 1441 H. Meski pandemi belum berlalu.

Diawali menunaikan sahur. Lanjut sholat subuh. Tak lupa sholat sunnah sebelum subuh. Begitu utama.

“Dua raka’at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim no. 725)

Usai sholat subuh, dilanjutkan dzikir, do’a, dan tilawah. Sebagian membaca buku. Mengikuti kajian online, untuk menambah khazanah Islam.

Begitulah ritme hidup seorang muslim. Tiada hari tanpa amal. Produktivitas menjadi nilai dasar. Aktifitas bermanfaat menjadi giat keseharian.

Menahan lapar dan dahaga. Dari pagi hingga adzan magrib berkumandang. Tetap giat beramal.

Ada yang bekerja di rumah. Sebagian mesti ke luar rumah.

Buat copywriting. Pasang status produk. Posting foto barang dagangan. Menawarkan reseller. Broadcast (BC) layanan dan solusi jasa.

Seorang muslim berjibaku mengais rizki yang halal. Supaya dapur terus mengepul. Tetap mampu menggaji karyawan. Mempertahankan perusahaan di tengah kondisi serba sulit.

Tabiat seorang muslim adalah produktif. Menghasilkan sesuatu. Ibarat mesin produksi, terus menghasilkan barang. Meski ada jedah.

Bekerja, do’a, sholat, puasa, dan zakat, merupakan rangkaian produktivitas amal seorang muslim. Amal diniatkan ibadah. Mencari ridho Allah.

Agar seorang muslim mampu beramal secara optimal, perlu memperhatikan 3 hal.

Pertama, PERENCANAAN.

Dengan gagal merencanakan. Anda sedang merencanakan kegagalan (Benjamin Franklin)

Maka perencanaan adalah tahap ikhtiar penting dalam produktivitas amal. Melist apa yang akan kita kerjakan. Memilih prioritas. Mendahulukan aktifitas yang berdampak pada hasil.

Sesuaikan aktifitas dengan daya kemampuan kita. Jika memungkinkan tingkatkan.

Kedua, rencana dibuat untuk di-EKSEKUSI. Efektifitas rencana hanya bisa kita ketahui setelah kita mengerjakan. Hasil itu hanya dampak eksekusi.

Kata seorang bijak, perencanaan yang baik tanpa eksekusi hanya akan jadi arsip. Disimpan rapi dalam lemari.

Ingat kembali hukum Pareto, melakukan 20% aktifitas utama/prioritas, akan berujung pada 80% hasil.

Ketiga, setiap upaya perlu PENGENDALIAN dan EVALUASI. Ada kala, pelaksanaan rencana tercapai sebelum waktu yang ditetapkan.

Di kesempatan lain, eksekusi tidak berjalan optimal. Kita perlu mengecek kembali. Adakah hal terlewatkan. Mungkin langkah-langkah yang kurang tepat.

Terlalu tergesa-gesa. Hingga kurang cermat dalam membuat keputusan. Kurang sistematis. Lemah estimasi sumber daya. Tidak ada kata putus asa, selama terus berbenah.

Perencanaan, eksekusi, pengendalian, dan evaluasi adalah mekanisme iktiar terbaik seorang muslim dalam beramal kebajikan.

Hasil akhir terbaik kita serahkan kepada Allah azza wa jalla.

Allah punya rencana. Masuk surga bukan semata karena amal kita, melainkan karena kasih sayang Allah pada insan beriman.

Senada dengan ungkapan penulis novel, Tere Liye.

Rencana Tuhan itu jauh lebih besar dibanding rencana manusia. Jika kita tidak mengerti, marah, tidak terima dengan situasi yang kita hadapi, boleh jadi karena kita tidak tahu, bahwa Tuhan menyimpan rencana yang lebih indah bagi kita.

Hadapi pandemi, jaga produktivitas amal. Semangat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Kiprah Ayah di Era 4.0

Ayah adalah predikat mulia. Profesi seumur hidup. Pekerjaan sepanjang masa. Titel ayah diterima, ketika istri melahirkan anak pertama. Sejak itu, tanggung jawab membesarkan anak juga ada di pundak ayah.

Ayah tulang punggung keluarga. Piawai mencari nafkah. Hebat memimpin rumah tangga. Tentu saja, seorang ayah kudu ekspert mendidik anak. Tidak sekedar mencari sekolah atau guru terbaik. Tapi turut andil membentuk karakter dan kompetensi anak.

Sosok ayah sering dirindukan anak. Ketika ayah pergi jauh, mereka setia menanti. Anak-anak acap bertanya pada ibu, kapan ayah pulang. Ketika ayah pulang sehabis kerja, anak menyambut penuh riang. Anak senang ayah kembali. Bawah oleh-oleh atau tidak, anak tetap gembira. Asal ayah jadi teman bermain, anak sangat bahagia.

Tugas ayah hari ini sungguh tidak ringan. Ayah hidup di era industri 4.0. Di mana internet jadi bagian aktivitas utama manusia. Pabrik terhubung ke internet. Televisi tersambung ke internet. Informasi A sampai Z dapat diakses lewat internet. Milayaran informasi. Milyaran video tersebar di internet. Revolusi industri ke empat. “Internet of Things”, nyaris semua hal terkoneksi lewat internet.

Kesibukan ayah makin bertambah. Berjibun informasi menarik untuk dilihat. Jari jemari usap layar smartphone. Scroll atas, scroll bawah. Bunyi nada Whatsapp (WA). Dibuka muncul puluhan pesan. Ada banyak grup di setiap aplikasi chat. Itu baru WA. Belum telegram, instagram, facebook. Belum selesai penasaran buka youtube, cari-cari info viral.

Hampir setiap hari rutinitas bersama internet berlangsung. Bangun pagi sampai pagi lagi. Chat dengan relasi. Menjawab pertanyaan kawan. Merespon diskusi dengan atasan. Update status. Sosial media seolah kehidupan nyata. 24 jam internet setia menyala, menyajikan beragam data dan informasi.

Internet membantu tugas ayah bekerja. Mempercepat saluran komunikasi. Memudahkan akses informasi. Membuat usaha semakin produktif. Tidak ada yang salah dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Namun ketika tidak dikelola secara bijak, internet bisa menenggelamkan ayah di pusaran informasi kelam.

Waktu berjalan, terasa sangat singkat. Pagi, siang, malam, lalu kembali pagi. Ayah hampir sepanjang waktu menggenggam gawai. Jika tidak pandai mengelola, anak tersayang lupa untuk digenggam. Genggaman tangan ayah, meski kasar karena bekerja, sangat dinanti bagi anak. Genggaman ayah sumber rasa aman dan kasih sayang.

Kecanggihan artificial intelligence (AI) telah membantu pekerjaan para ayah di seluruh dunia. Hanya saja AI tidak akan pernah bisa menggantikan kiprah ayah mendidik anak. AI tidak akan mampu memberi kasih sayang pada anak. AI tidak dapat mencium anak dengan penuh kehangatan.

Jangan sampai ayah baru sadar, tetiba anak sudah besar. Ayah menyesal anak telah tumbuh dewasa. Anak sibuk dengan kehidupannya. Anak larut dalam pekerjaan. Anak tenggelam dalam gawai, sebagaimana ayah sibuk dengan gawainya.

Agar tidak menyesal, 6 hal ini bisa jadi modal berkiprah sebagai ayah:

Kiprah Ayah #1: Pembentuk Pondasi Spiritual

Spiritual anak bisa dikata sebagai pondasi utama kehidupan. Spiritual terdiri keyakinan, budi pekerti, dan ibadah. Anak mesti diajarkan siapa tuhannya, bagaimana mencintai tuhannya. Agar kelak punya tempat bersandar, ketika anak menghadapi kesulitan hidup. Tidak mudah putus asa.

Ayah memberi contoh budi pekerti mulia. Mengajarkan sifat dan perilaku terbaik. Kejujuran, tolong-menolong, kesabaran, dan segala tindakan yang mencerminkan laku agung.

Ayah mengajak anak beribadah. Dekat dengan tuhan. Membentuk kebiasaan beribadah sejak dini, hingga anak tidak akan alpa meninggalkan waktu ibadah, hanya karena bermain. Spiritual akan mendewasakan anak. Anak tangguh, tak mudah terbawa arus kemaksiatan atau amoral.

Kiprah Ayah #2: Pembuka Cakrawala Peradaban

Tradisi belajar, menguasai ilmu pengetahuan telah ada, sejak manusia hidup di muka bumi. Peradaban besar dibangun lewat sains dan teknologi. Kemajuan teknologi ditopang ilmu pengetahuan.

Ayah membuka pikiran anak. Membentangkan dunia ilmu. Lewat tradisi membaca. Menulis ide, merancang kreatifitas. Bergelut dengan buku-buku yang mencerdaskan. Ensiklopedi jadi bacaan sehari-hari.

Jalan-jalan ke toko buku. Kunjungi perpustakaan. Hadirkan perpustakaan pribadi di rumah kita. Googling bacaan bermanfaat. Berselancar di youtube, menghimpun ilmu dan praktek. Ilmu membuka cara pandang anak tentang suatu persoalan yang dihadapi. Memahami peristiwa alam, sosial, sejarah, sastra, data statistik, dan perubahan masa depan.

Kiprah Ayah #3: Pewaris Kepahlawanan

Anak kita, anak Indonesia. Lahir, tumbuh, dan mungkin mati, bersemayam di tanah ibu pertiwi. Takdir sebagai anak Indonesia adalah kenyataan. Maka, mencintai Indonesia adalah keniscayaan.

Sosok pahlawan semakin langkah di tengah orkestrasi korupsi. Jengah pasti ada. Tetaplah mencintai Indonesia. Negeri ini merdeka dari jutaan tetes air mata, keringat, dan darah. Pengorbanan pahlawan demi pewaris negeri.

Ajarkan anak mencintai Indonesia sejak dini. Ajari anak bagaimana sosok pahlawan. Tentang pengorbanan. Dedikasi. Berkarya untuk kejayaan ibu pertiwi. Ajak anak berkunjung ke museum. Melihat bukti-bukti sejarah. Memahami falsafah pancasila.

Tengok makam pahlawan. Mengenang pengorbanan mereka. Menghayati lirik lagu nasional. Lagu perjuangan. Ajarkan anak bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ceritakan betapa heroik sosok pahlawan. Jadilah pendongeng untuk anak kita.

Kiprah Ayah #4: Bangun Kecerdasan Sosial

Ketika ayah tugas luar. Video call bisa jadi obat kangen. Berkomunikasi dengan anak secara live. Bisa membantu ketika jarak jadi pemisah. Namun betapapun mutakhir piranti komunikasi, tidak akan mampu menggantikan hubungan kasih sayang antara ayah dan anak secara langsung.

Kecerdasan sosial anak, terkait memahami dan mengelola hubungan dengan orang lain, hanya efektif ketika anak berjumpa secara langsung. Bertemu secara fisik. Menatap secara langsung. Menyentuh secara langsung. Pastikan ayah sering membelai rambut dan memeluk anak.

Alokasikan waktu bermain bersama anak tanpa gawai. Berlibur bersama, makan bersama, tanpa disibukkan lihat notifikasi gawai. Simpan sejenak gawai, ketika ayah tiba di rumah. Temani anak sebelum tidur, ceritakan sesuatu yang menyenangkan. Pakai gawai ketika anak-anak sudah terlelap.

Ajak berkunjung ke rumah teman, bermain bersama. Silaturahim. Berkunjung ke panti sosial. Berbagi untuk anak-anak tidak mampu. Agar tumbuh empati anak sejak dini. Luangkan waktu, berjalan kaki di sekeliling rumah, taman, dan tempat terbuka. Bersentuhan langsung dengan alam. Biarkan anak membangun memori kehidupan lewat interaksi tanpa jarak, tanpa teknologi, agar ada kepedulian terjalin.

Kiprah Ayah #5: Kreatifitas dan Kecerdasan Finansial

Menjadi baik jelas. Menjadi sukses tidak kalah pentingya. Menjadi profesional atau pengusaha, keduanya sama baiknya. Keduanya membutuhkan kreatifitas. Kreatifitas dimulai dari ide. Ide melahirkan aktifitas bernilai.

Dalam dunia pofesional dan entrepreneur, aktifitas bernilai bisa menjadi sumber finansial berkelanjutan. Produk atau jasa, kaya nilai, menjadi solusi konsumen, sehingga mereka rela membeli. Kreatifitas kecil, jika dikelola secara konsisten dengan visi yang besar, akan melahirkan produktifitas finansial. Think big starting from small.

Ajarkan anak berproses melalui kreatifitas. Menghasilkan karya. Fasilitasi kemandirian mereka. Beri kesempatan anak mengelola uang jajan. Mengatur belanja secara cermat. Menyimpan secara tepat. Kenalkan anak berwirausaha, baik offline atau online, sesuai fase usianya. Agar anak cerdas secara finansial. Kelak mampu mandiri secara finansial.

Kiprah Ayah #6: Gaya Hidup Hijau

Kesehatan anak tak lepas dari kondisi alam. Alam sekitar yang hijau. Udara bersih. Makanan sehat. Melahirkan anak-anak cerdas dan sehat.

Sejak dini ajarkan anak cinta alam. Jika anak jaga alam, alam akan jaga anak. Dari tindakan sederhana, anak turut lestarikan alam. Membuang sampah pada tempatnnya. Mengurangi jajan yang menghasilkan sampah plastik. Menimbun sampah organik ke tanah. Menanam pohon. Ajak anak belanja pakai kantong ramah lingkungan.

Mengganti mainan plastik dengan mainan ramah lingkungan. Memanfaatkan tanaman atau bahan kayu untuk membuat mainan. Bahan-bahan dapur dapat jadi sarana mainan anak. Tidak perlu membeli mainan terlampau banyak. Permainan tradisional dapat jadi alternatif.

Tidak ada kata terlambat. Jadilah ayah hebat di era 4.0. Kiprah ayah terbaik untuk masa depan anak lebih baik.

Semoga ayah hari ini lebih baik dari kemarin. Ayah esok lebih baik dari hari ini.