Tantangan Mendidik Yatim

Tantangan Mendidik Yatim

Tahun baru hijriah menjadi momen untuk berbagi kepada anak yatim. Yatim adalah anak belum usia baligh, ditinggal wafat oleh ayah. Ketiadaan bapak sebagai pemberi nafkah, pendidik anak, akan membuat anak menjadi lemah.

Yatim mendapat tempat istimewa di dalam Al-Qur’an. Insan yang beriman sangat dianjurkan untuk membantu yatim. Sebaliknya, menyakiti yatim berarti mendustakan Islam. Rasulullah terlahir sebagai yatim dan sangat mengasihi anak yatim.

Tanpa figur ayah, anak akan mengalami sejumlah masalah psikologis. Sulit mengelola emosi. Agresif dan mudah marah. Rasa percaya diri yang rendah. Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan. Prestasi sekolah yang buruk. Cenderung melakukan intimidasi ke teman dan terlibat kenakalan, untuk menutupi rasa takut dan kesedihan yang dirasakan.

Yatim perlu pendapat perhatian khusus, terutama dalam hal pendidikan. Tidak hanya akademik, anak yatim perlu dibina secara berkelanjutan, hingga memiliki kecerdasan emosi yang baik, kedisiplinan, dan kemandirian.

Selama ini banyak orang atau lembaga memberi hadiah, bahkan terkadang berlebihan, sehingga yatim merasa menjadi sosok paling diistimewakan. Dampak buruknya, mereka sulit diatur terkait ibadah dan belajar.

Agar anak yatim punya perilaku yang baik, pola pemberian dapat diatur, berikan secara proporsional atau sesuai kebutuhan. Di antaranya anak tidak menerima uang tunai secara langsung. Uang tunai dapat diberikan kepada ibu, keluarga dekat, atau pembina anak yatim, sehingga dapat dialokasikan dalam bentuk tabungan, kebutuhan pribadi, sarana belajar, fasilitas keterampilan, dan modal usaha saat lulus SMA.

Yatim dibina berdasarkan minat dan bakat, sehingga punya motivasi yang kuat untuk menguasai kompetensi yang dibutuhkan. Di Dompet Sosial Madani (DSM), yatim diposisikan sebagai sosok yang kuat, dilibatkan dalam giat kerelawanan dan kemandirian. Berlatih ternak, wirausaha, memelihara ikan, memotong hewan qurban, desain grafis, programmer, mengemudi mobil, dibekali SIM sesuai aturan umur, membantu penyintas bencana, dan terlibat kegiatan berbagi di daerah miskin.

Tidak hanya anak yatim, anak piatu, anak dari keluarga fakir-miskin, anak dari perceraian suami-istri, membutuhkan pembinaan yang istimewa sebagaimana didapat anak yatim. Pada akhirnya, pembinaan yatim terbaik adalah keluarga terdekat yakni ibu, paman, dan anggota keluarga lain. DSM sebagai lembaga zakat sebagai solusi akhir dalam pembinaan yatim. Mari bantu yatim dan anak dari keluarga pra sejahtera di bulan Muharram dan bulan-bulan lain.

Kuatkan Bali

Kuatkan Bali

Giat ekonomi belum pulih. Area utama wisata hanya ada segelintir wisatawan. Sejumlah restoran dan pusat oleh-oleh minim pengunjung.

Seorang kawan yang menginap di hotel daerah Kuta, jadi satu-satunya tamu. Jalan-jalan di tempat wisata, serasa milik pribadi.

Pengusaha katering baru pun bermunculan, bersaing dengan pemain lama. Market yang terbatas, harga murah menjadi bahan persaingan. Hotel menjual nasi dan jajanan di pinggir jalan.

Setiap ada bukaan lowongan kerja, semisal coffee shop, yang melamar bisa sampai ribuan. Mayoritas pernah kerja di hotel. Pencari kerja lebih tinggi ketimbang lapangan kerja yang tersedia.

Di pasar tradisional, sebagian penjual oleh-oleh khas Bali terpaksa menutup lapaknya. Biaya operasional tidak sebanding dengan keuntungan. Mereka beralih jualan di rumah dan online.

Di sisi lain, meski kondisi usaha sedang lesu, ada sejumlah usaha tetap bertahan, stabil, bahkan bertumbuh. Selain karena produk atau jasa yang bagus, harga terjangkau, juga ditopang jaringan dan market masih yang masih eksis.

Salah satu usaha yang bertahan, warung nasi campur Banyuwangi di Denpasar. Berada di lokasi strategis. Lahan parkir luas, bisa menampung sejumlah motor dan mobil. Menu bervariasi. Harga satu porsi dari delapan ribu sampai tiga puluh ribu ada, tergantung pilihan lauk. Masih ada banyak usaha lain yang masih bertahan di masa serba tidak pasti.

Di momen Ramadhan kedua pandemi ini, kita mesti saling menguatkan. Bagi kita yang masih memiliki rizki lebih, bisa belanja di tempat yang nampak sepi pembeli.

Kita dapat memberi order pengerjaan atau projek untuk sejumlah usaha kecil. Syukur bisa jadi investor yang fair. Upaya mencetak pengusaha baru atau membuka lapangan pekerjaan.

Bagi pegiat filantropi, kita menjadi jembatan kebaikan bagi orang kaya dan keluarga miskin. Masih banyak orang tidak mampu yang menyembunyikan kesulitan hidupnya. Sebagian orang kaya kesulitan menyalurkan kebaikan secara tepat dan amanah.

Semoga Ramadhan tahun ini Allah luaskan rizki kita, sehingga mampu membantu banyak orang yang tak berdaya, agar lebih berdaya. Menebar manfaat. Alirkan berkah kebaikan. Sekuat tenaga, kuatkan Bali. Peduli sesama. Bahagia bersama.

Menguatkan Mustahik

Menguatkan Mustahik

Masa berakhir pandemi masih belum pasti. Meski sudah ada prediksi dari para ahli. Hitungan matematis, berdasarkan data kasus corona negara lain, hanya untuk membantu memperkirakan, kapan penyebaran COVID-19 usai.

Pemerintah memperkirakan tingkat pandemi akan turun pada bulan Juli 2020. Prediksi lain menyebutkan, persebaran wabah di Indonesia berhenti pada 7 September 2020. Perkiraaan tersebut berdasarkan penelitian Driven Innovation Lab di Singapore University Technology and Design.

Siapapun yang memprediksi, semua pihak berharap corona segera berlalu. Masyarakat berharap kembali beraktivitas seperti sedia kala. Anak-anak bisa kembali sekolah. Ketika libur bertamasya bersama orang tua.

Kenyataan, wabah masih berlangsung. Selain dampak kesehatan, pandemi membuat kondisi sosial ekonomi terganggu. Terlebih bagi mereka yang kehilangan pekerjaan. Sulit membeli sejumlah kebutuhan, karena tidak ada penghasilan.

Pedagang kesulitan menjual barang. Hasil panen tidak terserap pasar. Hewan ternak dibeli dengan harga murah. Di saat yang sama ada pengeluaran pasti. Biaya sewa tempat, bahan bakar, dan listrik tetap harus dibayar.

Di bulan Ramadhan, tidak jarang harga kebutuhan bahan pokok tertentu melonjak. Daya beli masyarakat tak kunjung menguat. Kondisi rumah tangga kian sulit untuk membeli bahan utama.

Mustahik Bertambah

Pandemi membuat kemiskinan bertambah. Kemiskinan bisa semakin parah. Masyarakat rentan miskin turun kelas, masuk ke golongan miskin. Orang miskin baru terus bertambah. Mustahik baru bermunculan.

Kemiskinan sangat tidak kondusif bagi keberlangsungan kehidupan sosial. Ekses kemiskinan bisa menimbulkan kerentanan sosial. Hubungan sosial yang harmonis bisa porak poranda.

Kelompok masyarakat yang masuk kategori miskin bisa saja terdorong melakukan tindak kriminal. Terpaksa mencuri. Perut yang lapar, tidak jarang membuat orang putus harapan. Jika tidak bisa mengendalikan, mengakhiri hidup jadi pilihan.

Kemiskinan berpotensi meningkatkan kekerasan dalam rumah tangga. Suami istri jadi sering marah. Sulit menemukan titik temu komunikasi. Padahal komunikasi adalah kunci kedamaian keluarga. Sensitif dan tempramen ketika ada masalah kecil.

Tumbuh rasa dengki melihat keadaan orang lain yang lebih beruntung secara ekonomi. Amarah bergemuruh di dalam dada. Rasa frustasi hinggap ke dalam jiwa.

Dalam konteks Islam, kemiskinan membuat orang dekat pada kekufuran. Iman akan mudah tergadai. Iming-iming sembako membuat orang berpindah agama. Kemiskinan bisa melahirkan iri hati dan kedengkian.

Filantropi Islam

Bulan Ramadhan 1441 H merupakan kesempatan untuk berbagi. Saatnya umat membantu umat. Jama’ah menolong jama’ah. Muzakki meringankan beban mustahik. Masjid menghimpun seluruh sumber daya untuk membantu warga miskin di sekitar masjid.

Lembaga amil zakat (LAZ) seperti Dompet Sosial (DSM), harus terus mengerahkan segala daya upaya guna membantu fakir dan miskin. Mengoptimalkan pengelolaan filantropi Islam sebagai solusi untuk membantu sesama di tengah pandemi.

Filantropi Islam terdiri zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Umat Islam diperintahkan membayar zakat ketika harta sudah mencapai nisab.

Zakat artinya mengeluarkan harta dalam jumlah tertentu, waktu tertentu, dan disalurkan pada goloangan tertentu. Zakat wajib dikeluarkan ketika mencapai nisab. Nisab adalah batas minimum harta wajib dikeluarkan untuk zakat. Dan sudah haul atau harta telah dimiliki secara penuh selama satu tahun.

Kondisi darurat karena corona, MUI mendorong umat Islam menyegerakan berzakat. Meskipun zakat belum mencapai haul. Selama sudah mencapai nisab segera dikeluarkan, agar fakir miskin dapat masyarakat yang terdampak COVID-19.

Termasuk membayar zakat fitrah dapat ditunaikan di awal Ramadhan. Zakat memiliki peran strategis dalam misi sosial. Dana zakat disalurkan untuk golongan khusus.

Penerima zakat disebut ashnaf. Golongan penerima zakat terdiri fakir, miskin, amil zakat, muallaf, riqab, gharimin, fii sabilillah, dan ibnu sabil. Dari delapan golongan, jumlah fakir dan miskin yang paling banyak dibantu di masa pandemi. Fakir dan miskin diprioritaskan, agar kelangsungan hidupnya terjamin.

Selain zakat, jenis filantropi Islam lainnya adalah infak. Infak artinya mengeluarkan harta, utamanya untuk kepentingan Islam. Kategori infak wajib ada kafarat, nadzar, dan fidyah. Infak sunnah diantaranya membantu masyarakat yang terdampak corona.

Beda dengan zakat, infak lebih fleksibel. Infak dapat diberikan kepada siapapun meski tidak masuk dalam 8 ashnaf. Infak boleh diberikan kepada non muslim yang membutuhkan bantuan.

Sedekah merupakan filantropi Islam yang memiliki makna lebih luas. Jika zakat dan infak berupa harta, maka sedekah tidak terbatas harta. Setiap kebaikan merupakan sedekah.

Senyum kepada orang lain bernilai sedekah. Berbagi inspirasi, keahlian, ilmu pengetahuan, kreatifitas dan inovasi bisa dikategorikan sedekah. Semua aktifitas berbagi kebaikan yang diniatkan untuk mencari ridho Allah merupakan sedekah.

Puncak filantropi Islam adalah wakaf. Wakaf artinya menahan. Menahan harta untuk dikelola lalu diambil faedah atau manfaat. Harta yang dikeluarkan wakif (pewakaf) dikelola oleh nadzir.

Nilai harta wakaf tidak boleh berkurang. Harta wakaf tidak bisa dipindahmilikkan. Harta wakaf tidak dapat diwariskan. Wakaf adalah sedekah jariyah. Harta yang dikeluarkan menjadi milik Allah atas nama umat.

Hasil atau manfaat wakaf diberikan kepada al-mauquf ‘alaih. Maknanya luas untuk apa saja selama bermanfaat bagi umat. Hasil wakaf bisa untuk pembangunan, bantuan sosial, bahkan untuk kelestarian alam.

Harta yang diwakafkan sebaiknya harta terbaik. Tanah atau bangunan yang berlokasi strategis. Tanah wakaf yang subur bisa untuk lahan pertanian atau peternakan. Sumur yang mengandung air bersih dapat dijadikan wakaf. Dengan begitu kemanfaatnya semakin luas.

Saat ini untuk berwakaf semakin mudah. Wakaf bisa berupa uang, sehingga setiap orang bisa berwakaf. Uang dikelola untuk membeli aset-aset produktif, sehingga nilai uang tidak berubah dan kemanfaatnya terus bertambah.

Wakaf juga bisa ditunaikan dalam bentuk saham perusahaan. Nadzir memiliki saham. Hasilnya berupa deviden. Laba yang diberikan setiap akhir tahun dapat dikelola untuk dikembangkan atau langsung disalurkan kepada penerima manfaat wakaf.

Dengan wakaf, kemanfaatan menjadi abadi. Pahala terus mengalir. Amal jariyah tidak pernah putus. Wakaf dengan harta lebih memungkinkan untuk dikerjakan. Karena tidak semua orang dikaruniai anak yang soleh atau punya ilmu bermanfaat yang menjadi rujukan kemajuan peradaban.

Bulan Solidaritas

Ramadhan adalah momentum solidaritas. Kesempatan terbaik untuk menguatkan mustahik yang semakin menderita karena pandemi.

Memberikan paket makanan berbuka sangat dianjurkan dalam Islam. Apalagi saat ini kondisi ekonomi sulit. Bisa makan sudah sangat bersyukur, sehingga setiap mustahik yang menjalankan puasa, dapat menikmati hidangan saat berbuka.

Orang yang memberikan makanan buka puasa mendapat pahala yang sama dengan orang berpuasa. Allah mudahkan jalan ke surga bagi orang yang berpuasa dan memberikan makanan bagi orang yang berpuasa.

Ramadhan adalah kesempatan bagi setiap anak untuk berlatih puasa. Demikian pula bagi anak mustahik. Anak yatim piatu berpuasa tanpa ditemani orang tua. Menahan lapar dan dahaga, lalu berbuka tanpa didampingi kedua orang tua.

Di bulan Ramadhan setiap orang bisa berbagi kebaikan dengan membantu anak yatim piatu. Memberi makanan ringan, bahan pangan, mainan, dan susu dapat menguatkan anak yatim piatu untuk semangat berpuasa. Bahagia menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.

Larangan mudik membuat mustahik tetap tinggal di daerah rantau. Rasa jenuh melanda. Rindu kampung halaman. Bekal bertahan hidup tinggal sisa-sisa. Resah bagaimana membahagiakan keluarga ketika lebaran tiba.

Kado lebaran bisa disalurkan untuk membantu keluarga miskin. Setidaknya mengganti rasa rindu sanak saudara di kampung. Keceriaan terpancar di wajah mustahik. Mata berbinar. Ada kebaikan di tengah kesulitan.

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) ditutup sejak terjadi pandemi. Guru ngaji tidak bisa mengajar. Anak-anak belajar ngaji di rumah. Guru ngaji kehilangan pendapatan.

Selama ini guru ngaji bergaji sangat minim. Malah tidak digaji di beberapa desa. Karena sudah dianggap terima zakat fitrah. Masih banyak orang tua enggan mengeluarkan harta untuk membayar guru ngaji. Jika dipaksa membayar, anak tidak diperbolehkan mengaji.

Tunjangan Hari Raya (THR) layak diberikan kepada guru ngaji. Agar ada semangat untuk mengajar ngaji. Pasca pandemi guru ngaji bisa mengajar kembali. Anak-anak semakin memahami mengenal Islam secara utuh. Beribadah secara benar. Mampu membaca Al-Qur’an.

Ramadhan menjadi sumber energi untuk saling menguatkan. Muzakki menguatkan mustahik. Mustahik punya harapan hidup lebih baik. Lebih kuat menghadapi ujian pandemi.

Gaya Hidup Mustahik

Hidup itu murah, yang mahal itu gaya hidup. Hidup banyak tekanan, pertanda kebanyakan gaya. Adagium ini sering kita jumpai di beranda sosial media. Mengingatkan bagi kita semua, bahwa biaya hidup itu sebetulnya murah. Lantaran pertimbangan gengsi, akhirnya memilih merek dengan harga lebih tinggi. Padahal fungsi dan kegunaan sama. Sementara uang di kantong terbatas.

Persoalan gaya hidup tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat menengah ke atas. Pada lapisan masyarakat bawah pun masih sering kita jumpai. Masyarakat kategori mustahik, individu yang berhak menerima zakat. Terutama golongan fakir dan miskin. Akibat gaya hidup, penghasilan mereka jadi minus. Hutang makin menumpuk.

Gaya hidup mendorong mustahik membeli barang tidak sesuai dengan kebutuhan dasar. Handphone sebagai alat komunikasi, untuk bekerja dan berdagang. Akibat dorongan gaya hidup, akhirnya membeli baru, dengan merek tertentu, harga melebihi kemampuan keuangan. Akhirnya memilih kredit. Tidak jarang, anak mustahik difasilitasi gawai, sekedar untuk hiburan game online.

Motor, kendaraan roda dua, kebutuhan primer bagi mustahik untuk bekerja. Armada untuk mencari nafkah lewat ojek online. Akibat godaan gaya hidup, memilih motor keluaran terbaru. Harga lebih dari 25 juta. Tidak sanggup membeli secara tunai, akhirnya memilih berhutang. Pemasukan tak tentu, cicilan ‘memanggil’ setiap bulan. Ketika anak sakit, pengeluaran banyak, hutang jadi menumpuk.

Membeli sepatu, pakaian, dan makanan. Sepintas ini bagian dari kebutuhan. Ketika membeli di luar kemampuan keuangan. Melebihi setengah dari penghasilan, maka inilah jebakan gaya hidup. Gaya hidup seringkali mendorong seseorang berbelanja secara boros. Aji mumpung. Mumpung diskon. Semua ingin dibeli, ketika sudah dibeli, tidak kunjung dipakai.

Gaya hidup menjadi momok bagi keluarga miskin. Makin tinggi gaya hidup, mustahik makin miskin. Membantu mustahik tidak cukup hanya memberi uang. Memfasilitasi kebutuhan mereka. Lebih penting mengubah gaya hidup mustahik. Pengentasan kemiskinan dimulai dengan mengubah pola pengeluaran mustahik. Mengajari mustahik mengendalikan kebocoran keuangan.

Membantu mustahik, sekaligus mengajari mereka menyederhanakan hidup. Mencegah membeli barang-barang yang tidak diperlukan. Mendorong mustahik berhenti merokok. Membiasakan mereka lebih produktif. Memanfaatkan pekarangan, untuk menanam tanaman konsumsi. Membeli aset-aset yang bisa meningkatkan pendapatan. Ketika gaya hidup bisa dikendalikan bahkan ditekan, maka kesempatan hidup sejahtera lebih terbuka lebar. Usaha semakin produktif.

sumber foto : bombastis

Warnai Hidupmu dengan Zakat

Kehidupan manusia bermula seperti selembar kertas putih. Seiring waktu, coretan aneka warna menghiasi. Kertas putih menjelma penuh warna. Ada warna kebaikan. Bercampur warna keburukan. Warna demi warna bercampur baur sampai akhir kehidupan.

Kehidupan menjadi indah manakala warna kebaikan lebih dominan. Satu warna kebaikan itu bernama zakat. Bagian dari rukun Islam. Wajib bagi muslim yang memiliki harta mencapai nishab. Zakat sering dilupakan ketika rizki sedang melimpah.

Zakat adalah perintah Islam. Mengeluarkan sebagian harta dalam waktu tertentu (haul atau ketika panen, dengan nilai tertentu (2,5%, 5%, 10%, atau 20%) dan sasaran tertentu (fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharimin, fisabilillah, dan ibnu sabil).

Ketika zakat ditunaikan, harta jadi bersih, pembayar zakat (muzakki) makin dekat dengan Allah. Bagi penerima zakat (mustahik), kebutuhan hidup bisa tercukupi, ibadah bisa lebih khusyu’. Amil sebagai pengelola zakat punya energi untuk melayani umat yang sedang kesulitan.

Zakat membuat hidup lebih berwarna. Warna yang membawa kebahagiaan. Bahagia ketika mustahik terbantu. Dengki bisa dikikis. Semangat hidup mustahik bertumbuh. Mampu mandiri, memenuhi kebutuhan hidup. Zakat membangun kebersamaan, mencegah perilaku kriminalitas.

Warnai hidupmu dengan zakat. Niscaya keberkahan semakin merekah. Seperti bunga ranum di taman surga. Hiduplah penuh warna kebaikan agar berkah terus mengalir sepanjang waktu.

Donatur Cilik: Karakter dan Aset Masa Depan

Bahan baku peradaban itu bernama anak. Benih generasi akan datang. Ia terus tumbuh menuju dewasa. Dalam undang-undang Nomor 35 Tahun 2014, masa anak-anak dimulai sejak kandungan sampai usia 18 tahun.

Kelak, anak akan memikul beban tanggung jawab besar sebagai pemimpin. Penerus untuk membangun Indonesia. Bahkan menjadi pemimpin dunia. Anak yang kita bina hari ini, akan menorehkan karya besarnya. Maka, bekal terbaik perlu dipersiapkan sejak dini.

Anak punya masa emas atau golden age. Usia 0 sampai 5 tahun. Di masa ini perkembangan otak sangat pesat. Perkembangan daya serap informasi otak anak demikian cepat. Tingkah laku orang di sekitar akan direkam dan berpotensi ditiru oleh anak di kemudian hari.

Fase emas anak merupakan kesempatan terbaik untuk menanamkan karakter mulia. Sifat-sifat kebajikan. Watak untuk membentuk jati diri. Bahkan dalam Islam karakter anak mulai terbentuk sejak seseorang memilih pasangan. Pasangan yang baik akan melahirkan anak dengan karakter baik.

Karakter dapat ditanamkan dengan memberi peran anak sebagai donatur cilik. Dalam dunia filantropi, donatur adalah sosok dermawan. Suka memberi. Senang berbagi kepada orang lain.

Berbagi itu cermin anak soleh. Keimanan makin kuat lewat aktivitas kepedulian. Iman makin tangguh, karena amal baik. Amal mulia lewat memberi, dari senyuman sampai harta benda berharga.

Peran donatur cilik dapat menumbuhkan rasa empati anak. Peka pada lingkungan sosial. Hatinya menjadi lebih bersih dan lembut. Terdorong untuk membantu teman yang hidupnya kesulitan. Berbagi uang, makanan, baju, atau mainan.

Anak yang terbiasa peduli pada orang lain akan lebih ramah. Punya rasa sayang. Sayang pada orang tua, guru, dan teman. Kebaikan dan pembelajaran akan lebih mudah diserap oleh anak.

Sifat kikir pada anak dapat dikikis lewat berbagi. Anak tidak terjebak pada sikap materialistik akut. Anak sadar ada hak orang lain dari sesuatu yang ia miliki. Untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

Membiasakan mereka berkunjung ke panti asuhan. Blusukan ke daerah miskin. Bersedekah secara rutin lewat lembaga amil zakat seperti Dompet Sosial. Memasukan sejumlah uang di kotak infak masjid. Membantu penyitas bencana akan mendorang anak lebih bersyukur. Ia merasa hidupnya masih lebih baik dan beruntung.

Kebahagiaan anak semakin dirasakan orang tua, tatkala anak dibiasakan berbagi. Ikut program celengan atau kencleng di sekolah. Menyisihkan uang jajan atau pemberian orang tua untuk amal. Seperti yang dilakukan di sekolah Al-Banna, Mutiara School, dan Alam Jamur.

Lewat berbagi, anak semakin bijak ketika menghadapi masalah di lingkungan rumah atau sekolah. Dampak dari aktivitas berbagi, membuat anak lebih cerdas. Emosi tersalurkan, anak lebih mudah dibentuk menjadi pribadi terbaik dan mulia.

Bappenas memproyeksi jumlah anak-anak (0-14 tahun) mencapai 70,49 juta jiwa atau 26,6% dari total populasi di tahun 2018. Angka kelahiran terus bertambah setiap tahun. Usia produktif (14-64) semakin meningkat. Tidak lama, anak-anak akan masuk fase usia produktif.

Angka yang besar, pertanda Indonesia mulai memasuki momen bonus demografi. Dimulai tahun 2020 hingga 2035. Sementara itu, total penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 318,9 juta jiwa di tahun 2045.

Sayang, jika potensi melimpah ini hanya jadi obyek komoditas semata. Anak makin konsumtif. Apalagi dominan menggunakan produk asing. Efeknya sumberdaya anak negeri berpindah tangan ke tangan asing. Menguntungkan perusahaan-perusahaan asing.

Anak mestinya jadi aset. Aset paling berharga yang perlu dipersiapkan. Aset penentu pertumbuhan bangsa di masa depan. Aset yang kelak memberi kontribusi terbaik bagi kemajuan Indonesia.

Ketika anak-anak Indonesia terbiasa jadi donatur cilik, maka pada masanya mereka akan jadi donatur besar untuk membangun bangsanya. Mengentaskan jerat kemiskinan. Membawa kesejahteraan bagi Indonesia.

Karakater donatur cilik memberi energi cinta untuk peduli pada bangsanya. Krisis, bencana, dan berbagai musibah menerpa akan siap ditopang oleh anak-anak Indonesia. Anak-anak lebih memilih produk makanan Indonesia. Anak-anak suka pakaian buatan dalam negeri. Anak-anak mencintai Indonesia setulus hati.

Sumber foto : Dompet Sosial

Kedermawanan di Negeri Rawan Bencana

Indonesia adalah negeri penuh pesona. Kaya panorama alam. Keindahan Indonesia sungguh menawan. Gunung, hutan, pantai, danau, ditambah iklim tropis yang nyaman membuat wisatawan berdatangan. Namun di balik keanggunan alam Indonesia menyimpan sejumlah potensi bencana. Setiap waktu bisa terjadi. Seperti tsunami, banjir, longsor, erupsi, gempa, dan kebakaran hutan.

Ujian demi ujian bencana menerpa Indonesia di tahun 2018. Dimulai pada bulan Januari terjadi gempa 6.1 Scala Richter (SR) di Kabupaten Lebak Banten. Sebanyak 2.760 rumah warga rusak. Satu bulan kemudian terjadi tanah longsor di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salim, Kabupaten Brebes. Petani Brebes menjadi korban, 15 orang hilang tertimbun tanah longsor.

Gempa melanda pulau seribu masjid di bulan Juli dan Agustus lalu. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) jumlah korban jiwa ada 564 orang. 1.584 korban mengalami luka-luka. Puluhan ribu rumah rusak, akibatnya banyak warga tinggal di tenda yang kurang layak. Ekonomi lumpuh, anak-anak tidak bisa pergi ke sekolah.

Kesedihan belum berlalu, tiba kabar duka dari Sulawesi Tengah. Gempa, tsunami, likuifaksi, longsor menerjang wilayah Palu, Sigi, dan Donggala. Korban meninggal mencapai 2.073 jiwa. Ribuan jiwa masih tertimbun akibat pencairan tanah. Bencana terbaru dialami saudara kita di Banten dilanda Tsunami. Lebih 200 jiwa meninggal dunia. Tsunami di Banten menurut BMKG kemungkinan disebabkan aktivitas vulkanik gunung Krakatau.

Di balik rentetan derita yang terjadi selalu ada orang-orang baik. Untuk membangkitkan asa, sebagai penawar kesedihan. Membantu secara tulus. Memberikan aneka bentuk bantuan. Dari tenaga, ide, makanan, uang sampai fasilitas seperti rumah, sekolah, dan bangunan sarana ibadah. Orang baik itu bernama dermawan.

Para dermawan tidak hanya berasal dari orang kaya. Sebagian berasal dari masyarakat kelas bawah, tapi punya tekad untuk berbagi. Tentunya ini menjadi kebanggan bersama, bahwa Indonesia adalah bangsa paling dermawan. Apalagi Charities Aid Foundation (CAF) menobatkan Indonesia sebagai negeri paling dermawan se dunia. Berdasarkan CAF World Giving Index 2018 kedermawanan meliputi membantu orang tidak dikenal yang memerlukan bantuan, berbagi amal, dan turut serta dalam giat kerelawanan.

Kedermawanan menandakan Indonesia sebagai bangsa mulia. Sesulit apapun masih banyak orang baik di negeri ini mengulurkan tangan untuk membantu sesama. Meski rawan bencana, Indonesia negeri berjuta dermawan. Kedermawanan ini menjadi kekuatan tangguh untuk menghadapi berbagai ujian bencana yang menerpa Indonesia.

Sampah Milenial

Kotor, bau, jelek itulah gambaran sampah. Tidak sedap dipandang. Sengaja dibuang, karena dianggap merusak pandangan. Dibersihkan lantaran tidak bermanfaat.

Sampah ada dua bentuk. Pertama sampah fisik, merupakan hasil buang rumah tangga atau industri. Kedua sampah digital berupa informasi tidak bermanfaat atau bahkan hoax.

Dua jenis sampah ini kian melimpah di era millenial. Era internet dan media sosial (medsos) menjadi kebutuhan primer. Terutama bagi generasi kelahiran mulai tahun 1980 sampai sekarang.

Sajian informasi tentang dampak sampah telah banyak beredar di medsos. Termasuk ajakan untuk mengurangi sampah cukup banyak ditemukan. Sangat disayangkan informasi hanya sekedar dibaca, bahkan mungkin dilewatkan. Tanpa ada tindakan nyata untuk menciptakan lingkungan positif atau minim sampah.

Kini Indonesia sedang darurat sampah. Tapi tidak semua orang menyadari, karena mungkin tidak merasakan dampaknya secara langsung. Padahal efek negatif sampah sangat membahayakan bagi kehidupan manusia dan alam.

SAMPAH FISIK
Menurut data Science Magazine produksi sampah di dunia telah mencapai angka 381 juta ton pertahun. Diperkirakan akan terus bertambah setiap tahunnya.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa produksi sampah nasional mencapai 65,8 juta ton per tahun. 16 persen berupa sampah plastik.

Angka capaian sampah sedemikian fantastis. Produksi sampah fisik seolah tidak terbendung seiring kenaikan konsumsi masyarakat. Ekonomi masyarakat membaik konsumsi turut membaik. Konsumsi meningkat produksi sampah turut meningkat.

Sampah fisik berasal dari berbagai sumber. Diantaranya dihasilkan dari aktifitas rumah tangga. Hampir setiap hari sampah dihasilkan. Sampah berupa sisa makanan, kemasan plastik, kardus.

Hari ini kita menyaksikan gairah usaha terus berkembang. Usaha kuliner tumbuh bak jamur. Kuliner memberikan kontribusi PDB subsektor Ekraf sebesar 41,40% di tahun 2016.

Sisi lain kuliner memberikan kontribusi sampah sangat besar. Menurut data FAO 13 juta ton makanan dihasilkan setiap tahun di Indonesia. Sampah makanan dari usaha gerobak, warung, ritel, katering sampai restoran.

Belum jumlah sampah plastik dan sampah kertas. Ditambah sampah dari industri, pertanian, rumah sakit, perkantoran, perhotelan, dan tempat-tempat hiburan. Kenaikan volume sampah semakin tidak terkendali.

Dampak sampah sangat membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Penggunaan plastik dalam jangka panjang membahayakan tubuh manusia. Mikroplastik atau potongan plastik yang berukuran hanya beberapa milimeter dapat mempengaruhi metabolisme kesuburan, infeksi bagi organ manusia. Plastik juga memicu suburnya sel kanker.

Hewan, biota laut yang tercemar sampah plastik bisa menyebabkan kematian. Seperti nasib paus sperma, diduga mati karena menelan sampah plastik. Bahkan dampak sampah plastik akan kembali ke manusia jika mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung mikroplastik.

SAMPAH DIGITAL
Sampah ini tidak berwujud fisik. Istilah kerennya intangible. Sampah digital berupa data dan informasi yang tersebar di internet. Sampah ini dihasilkan manusia melalui kreatifitas otak, lalu diinput oleh jari-jemari ke web dan medsos.

Di internet sebagian besar informasi tidak dihapus. Setiap hari ada jutaan email. Postingan informasi dari seluruh akun penjuru dunia terus update. Konten informasi berupa tulisan, gambar, voice, dan video sangat besar jumlahnya. Menurut Seagate, perusahaan penyimpan data, pada 2025 diperkirakan data akan mencapai 163 ZB (Zettabyte) atau setara 163 triliun GB (Gigabyte).

Kini milyaran informasi itu disebut big data. Data-data ini rumit, berserakan di jagad maya. Sulit diolah jika hanya mengandalkan database konvensional. Hanya saja dari sekian data itu sebagian berupa informasi tidak bermanfaat, spam, bahkan hoax atau palsu.

Meski tidak berupa fisik, sampah ini bisa membuat kronis kehidupan sosial. Informasi tidak bermanfaat membuat orang menjadi sangat sibuk. Setiap detik akan terdorong membuka sejumlah notifikasi medsos. Sebagian informasi itu tidak memberi dampak ke produktifitas kerja.

Tsunami informasi sedemikian dahsyat. Semakin parah dampaknya dengan adanya hoax. Informasi hoax alias bohong atau palsu. Kabarnya informasi hoax ini dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan kejahatan atau menjatuhkan figur tertentu.

Hoax membuat kehidupan manusia jadi tidak tenang. Membuat psikis terganggu. Diliputi rasa resah, takut, dan cemas. Bisa dibayangkan ketika terjadi bencana alam seperti tsunami, gempa, dan banjir. Masyarakat menderita kehilangan anggota keluarga dan harta. Duka belum usai, beredar informasi hoax akan datang bencana lebih besar.

Lambat laun informasi hoax berpotensi membunuh manusia. Kebahagiaan semakin menipis. Umur manusia semakin pendek karena terus tertekan secara psikis. Hoax sangat berpotensi memicu konflik sosial di tengah masyarakat. Dampaknya tatanan sosial bisa porak-poranda.

SOLUSI HOLISTIK
Menghentikan produksi sampah secara total dan drastis tidak mudah. Dibutuhkan solusi holistik dan komitmen bersama untuk mengatasi penumpukan sampah. Tantangan untuk memulai dan konsistensi membutuhkan motivasi tinggi dari seluruh pihak.

Pribadi atau keluarga bisa memulai meminimalisir sampah melalui kebiasaan ramah lingkungan. Seperti penggunaan tas yang bisa dipakai berulang-ulang sebagai pengganti kresek belanja.

Menyiapkan wadah-wadah kecil untuk belanja. Belanja bulanan lebih baik ketimbang belanja harian karena akan meminimalisir sampah kemasan. Hambatannya tidak semua orang sanggup menyiapkan budget belanja bulanan.

Mengganti kebiasaan beli air kemasan dengan membawa botol minum dari rumah ketika perjalanan. Menyiapkan gelas untuk megganti air kemasan gelas plastik bagi tamu. Jamuan makanan kemasan kotak bisa diganti prasmanan. Kebiasaan ini bisa diterapkan di perkantoran.

Memanfaatkan sisa makanan sebagai kompos organik rumah tanggan. Ini juga lebih sulit terutama pemukiman perkotaan yang minim lahan. Membiasakan anak-anak makan makanan basah atau tidak dalam kemasan plastik. Ini lebih sehat dan ramah lingkungan.

Generasi millenial punya andil terutama sebagai konsumen untuk lebih bijak dalam penggunaan plastik. Menerapkan gaya hidup ramah lingkungan akan mengurangi penggunaan plastik. Awal memulai pasti akan terasa ribet dan tidak praktis. Ada rasa malu seolah tidak menghargai tamu memberi sajian tanpa kemasan. Wajar ini sebagai kebiasaan baru.

Jika hilir penggunaan plastik adalah rumah tangga atau perkantoran, maka hulu dari plastik adalah industri plastik. Pertumbuhan industri plastik sejalan dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi terutama makanan.

Mungkinkah industri plastik dihentikan. Alasan ekonomi dan lapangan pekerjaan akan menjadi persoalan baru ketika langsung dihentikan. Data Kemenperin menyebutkan 925 perusahaan bergerak diindustri plastik. Total produksi plastik per tahun mencapai 4,68 juta ton. Industri plastik menyerap tenaga kerja mencapai 37.327 orang.

Solusi bisa dilakukan secara bertahap dengan beralih ke produksi plastik degredable dan biodegredable. Meski tidak 100% ramah lingkungan, setidaknya dapat diurai lebih cepat dari plastik biasa. Atau mengubah produksi plastik sekali pakai ke produksi plastik yang bisa digunakan secara berulang. Serta memastikan industri plastik mempunyai kemampuam daur ulang.

Regulasi dan sinergi antar institusi pemerintah sangat dibutuhkan untuk menanggulangi kondisi darurat sampah nasional. Persoalan sampah dari hulu ke hilir perlu dikelola secara holistik antar kementerian atau dengan pemerintah daerah. Antara kementerian industri dan kementrian lingkungan hidup perlu ada kebijakan bersama terkait tata kelola sampah plastik.

Lalu bagaimana dengan sampah digital. Solusinya tidak jauh beda. Prinsipnya semua pihak komitmen membangun informasi yang sehat dan mencerdaskan.

Penguatan literasi digital terus digiatkan, agar konten-konten beradab lebih banyak dikonsumsi masyarakat. Film kartun yang mendidik anak diperbanyak. Artikel ilmu pengetahuan, tips, inspirasi dan sajian bermanfaat terus ditumbuhkan.

Individu atau keluarga membiasakan hanya membaca informasi yang produktif terhadap manfaat finansial plus moral. Menyaring setiap informasi dengan cek ke sumber lain yang lebih akurat untuk menghindari info hoax. Beralih menyebar status positif yang membuat orang merasa lebih bahagia.

Pemerintah berperan secara adil dan integratif untuk mengendalikan konten-konten informasi yang dapat memicu konflik sosial. Terutama jika informasi berpengaruh ke lapisan masyarakat bawah. Sedikit gesekan nyawa anak negeri akan melayang sia-sia.

Intinya jika ada kemauan ada jalan. Jika ada komitmen pasti ada dukungan. Dukungan dari konsumen dan investor ramah lingkungan. Dukungan dari alam semesta.