Lumbung Pangan untuk Hadapi Pandemi

Di masa panen, orang tua zaman dulu terbiasa menyimpan hasil tanam. Bulir padi, palawija, serta hasil panen lain, disimpan di bangunan khusus. Bentuk menyerupai gubuk atau rumah.  Dibuat dari bambu dan kayu. Bagian penyangga dibuat agak tinggi. Agar bahan pangan tidak rusak. Aman dari serangan hewan.

Masyarakat jawa menyebut bangunan penyimpan pangan dengan istilah lumbung. Sekarang lebih dikenal lumbung pangan. Setiap daerah punya sebutan berbeda. Di Bali disebut jineng. Fungsinya sama, untuk menyimpan bahan makanan pokok.

Bahan pangan disimpan sebagai cadangan. Ketika paceklik tiba, karena kemarau panjang atau gagal panen, kebutuhan pangan masih bisa tercukupi. Saat produksi berlebih, bahan pangan disimpan untuk menjaga stabilitas pasokan, sehingga harga jual tidak jatuh.

Masa pandemi kemungkinan terjadi cukup panjang. Belum pasti kapan segera berakhir. Kondisi ini menyebabkan kondisi darurat sosial,dampaknya pasokan pangan terganggu. Keberadaan lumbung pangan menjadi cara efektif untuk memfasilitasi kebutuhan pangan masyarakat.

Lumbung Pangan Keluarga

Kebijakan pembatasan sosial membuat masyarakat kian sulit memperoleh bahan pangan. Lumbung pangan perlu digencarakan, sehingga kebutuhan pangan terpenuhi. Pelaksanaan lumbung pangan dapat dimulai dari struktur sosial paling bawah, yakni keluarga.

Keluarga dapat menerapkan skema lumbung pangan secara mandiri. Keluarga di pedesaan, menyimpan hasil panen. Bagi warga kota, bahan pangan cukup dibeli di pasar. Bahan pangan minimal berupa beras. Akan lebih baik dilengkapai bahan pangan lain seperti minyak, gula, dan aneka lauk.

Bahan pangan disimpan sebagai stok, bukan untuk ditimbun. Penimbunan biasa dilakukan  untuk memperoleh keuntungan sangat tinggi. Akibatnya orang sulit untuk membeli, karena langkah dan mahal.

Lumbung pangan keluarga sarat misi sosial. Stok bahan pangan selain untuk keberlangsungan kebutuhan pangan keluarga. Juga dapat membantu orang lain yang kesulitan. Tetangga terdekat yang secara ekonomi lemah, terbantu dari lumbung pangan keluarga. Manfaatnya, hubungan tetangga tetap harmonis di masa pandemi.

Lumbung Pangan Masjid

Saat ini masjid dan mushola ditutup sebagai upaya mencegah persebaran corona. Adzan masih dikumandangkan sebagai tanda waktu sholat tiba. Namun sholat berjamaah ditiadakan. Jamaah masjid sholat di rumah masing-masing.

Keberadaan masjid yang lapang, dapat dimanfaatkan sebagai lumbung pangan. Pengurus masjid menyediakan bahan pangan bagi jamaah yang tidak mampu. Masjid yang memiliki dana lebih, bisa membeli kebutuhan pokok dalam jumlah besar.

Jama’ah yang mampu dapat menyalurkan dana atau berupa bahan pangan untuk dititipkan melalui pengurus atau takmir masjid yang berjaga. Rekening masjid dimanfaatkan untuk menghimpun bantuan pangan secara online.

Selanjutnya, bahan pangan disimpan di masjid. Dibuat rencana penyaluran bertahap. Secara teknis bantuan bahan disalurkan langsung. Untuk menghindari kerumunan. Bantuan disalurkan dari rumah ke rumah, kepada ashnaf zakat atau keluarga rentan miskin. Berdasarkan data yang dimiliki masjid. Warga yang belum menerima bantuan, tidak tercantum di data penerima bantuan pemerintah, dapat dimasukan di data penerima manfaat lumbungan pangan masjid.

Swadaya

Giat lumbung pangan sejatinya, mudah dilakukan oleh siapa saja. Makin banyak yang bergerak, makin banyak yang terbantu. Kekuatan swadaya menjadi kunci penting keberhasilan lumbung pangan. Ketulusan berbagi melalui tangan sendiri dapat meringakan derita orang lain.

Lembaga sosial kemanusiaan didukung pendonor rutin mengupayakan lumbung pangan. Melibatan kelompok pemberdayaan di desa. Sangat membantu warga kota yang kesulitan pangan. Lembaga filantropi seperti amil zakat bisa bekerjasama dengan relawan, menyalurkan langsung bantuan. Bekerjasama dengan masjid yang minim pendanaan.

Ketua RT/RW, dapat menginisiasi aktivitas swadaya masyarakat untuk saling membantu melalui skema lumbung pangan. Anggota yang mampu digerakkan untuk menyediakan bahan pokok. Bahan pokok disimpan di tempat yang disepakati.

Komunitas pun dapat melakukan hal yang sama untuk menghidupkan lumbung padi. Agar makin banyak masyarakat terbantu. Jika kondisi darurat terjadi, anggota yang kesulitan dapat dibantu melalui lumbung pangan swadaya. Lumbung pangan dapat mengurangi penderitaan masyarakat dengan tempo waktu yang lebih panjang sampai pandemi berakhir.

Lumbung pangan yang dikelola secara masif, rapi dan efektif, pada akhirnya akan menjadi benteng kokoh pasokan pangan selama menghadapi pandemi. Dan ke depan lumbung pangan akan menjadi kesadaran bersama untuk menguatkan ketahanan pangan Indonesia.