Alhamdulillah. Ramadhan tiba. Hari pertama bertepatan hari Jum’at. Bersyukur, Allah masih beri kesempatan melewati Ramadhan 1441 H. Meski pandemi belum berlalu.
Diawali menunaikan sahur. Lanjut sholat subuh. Tak lupa sholat sunnah sebelum subuh. Begitu utama.
“Dua raka’at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim no. 725)
Usai sholat subuh, dilanjutkan dzikir, do’a, dan tilawah. Sebagian membaca buku. Mengikuti kajian online, untuk menambah khazanah Islam.
Begitulah ritme hidup seorang muslim. Tiada hari tanpa amal. Produktivitas menjadi nilai dasar. Aktifitas bermanfaat menjadi giat keseharian.
Menahan lapar dan dahaga. Dari pagi hingga adzan magrib berkumandang. Tetap giat beramal.
Ada yang bekerja di rumah. Sebagian mesti ke luar rumah.
Buat copywriting. Pasang status produk. Posting foto barang dagangan. Menawarkan reseller. Broadcast (BC) layanan dan solusi jasa.
Seorang muslim berjibaku mengais rizki yang halal. Supaya dapur terus mengepul. Tetap mampu menggaji karyawan. Mempertahankan perusahaan di tengah kondisi serba sulit.
Tabiat seorang muslim adalah produktif. Menghasilkan sesuatu. Ibarat mesin produksi, terus menghasilkan barang. Meski ada jedah.
Bekerja, do’a, sholat, puasa, dan zakat, merupakan rangkaian produktivitas amal seorang muslim. Amal diniatkan ibadah. Mencari ridho Allah.
Agar seorang muslim mampu beramal secara optimal, perlu memperhatikan 3 hal.
Pertama, PERENCANAAN.
Dengan gagal merencanakan. Anda sedang merencanakan kegagalan (Benjamin Franklin)
Maka perencanaan adalah tahap ikhtiar penting dalam produktivitas amal. Melist apa yang akan kita kerjakan. Memilih prioritas. Mendahulukan aktifitas yang berdampak pada hasil.
Sesuaikan aktifitas dengan daya kemampuan kita. Jika memungkinkan tingkatkan.
Kedua, rencana dibuat untuk di-EKSEKUSI. Efektifitas rencana hanya bisa kita ketahui setelah kita mengerjakan. Hasil itu hanya dampak eksekusi.
Kata seorang bijak, perencanaan yang baik tanpa eksekusi hanya akan jadi arsip. Disimpan rapi dalam lemari.
Ingat kembali hukum Pareto, melakukan 20% aktifitas utama/prioritas, akan berujung pada 80% hasil.
Ketiga, setiap upaya perlu PENGENDALIAN dan EVALUASI. Ada kala, pelaksanaan rencana tercapai sebelum waktu yang ditetapkan.
Di kesempatan lain, eksekusi tidak berjalan optimal. Kita perlu mengecek kembali. Adakah hal terlewatkan. Mungkin langkah-langkah yang kurang tepat.
Terlalu tergesa-gesa. Hingga kurang cermat dalam membuat keputusan. Kurang sistematis. Lemah estimasi sumber daya. Tidak ada kata putus asa, selama terus berbenah.
Perencanaan, eksekusi, pengendalian, dan evaluasi adalah mekanisme iktiar terbaik seorang muslim dalam beramal kebajikan.
Hasil akhir terbaik kita serahkan kepada Allah azza wa jalla.
Allah punya rencana. Masuk surga bukan semata karena amal kita, melainkan karena kasih sayang Allah pada insan beriman.
Senada dengan ungkapan penulis novel, Tere Liye.
Rencana Tuhan itu jauh lebih besar dibanding rencana manusia. Jika kita tidak mengerti, marah, tidak terima dengan situasi yang kita hadapi, boleh jadi karena kita tidak tahu, bahwa Tuhan menyimpan rencana yang lebih indah bagi kita.
Hadapi pandemi, jaga produktivitas amal. Semangat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.