Sampah Milenial

Kotor, bau, jelek itulah gambaran sampah. Tidak sedap dipandang. Sengaja dibuang, karena dianggap merusak pandangan. Dibersihkan lantaran tidak bermanfaat.

Sampah ada dua bentuk. Pertama sampah fisik, merupakan hasil buang rumah tangga atau industri. Kedua sampah digital berupa informasi tidak bermanfaat atau bahkan hoax.

Dua jenis sampah ini kian melimpah di era millenial. Era internet dan media sosial (medsos) menjadi kebutuhan primer. Terutama bagi generasi kelahiran mulai tahun 1980 sampai sekarang.

Sajian informasi tentang dampak sampah telah banyak beredar di medsos. Termasuk ajakan untuk mengurangi sampah cukup banyak ditemukan. Sangat disayangkan informasi hanya sekedar dibaca, bahkan mungkin dilewatkan. Tanpa ada tindakan nyata untuk menciptakan lingkungan positif atau minim sampah.

Kini Indonesia sedang darurat sampah. Tapi tidak semua orang menyadari, karena mungkin tidak merasakan dampaknya secara langsung. Padahal efek negatif sampah sangat membahayakan bagi kehidupan manusia dan alam.

SAMPAH FISIK
Menurut data Science Magazine produksi sampah di dunia telah mencapai angka 381 juta ton pertahun. Diperkirakan akan terus bertambah setiap tahunnya.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa produksi sampah nasional mencapai 65,8 juta ton per tahun. 16 persen berupa sampah plastik.

Angka capaian sampah sedemikian fantastis. Produksi sampah fisik seolah tidak terbendung seiring kenaikan konsumsi masyarakat. Ekonomi masyarakat membaik konsumsi turut membaik. Konsumsi meningkat produksi sampah turut meningkat.

Sampah fisik berasal dari berbagai sumber. Diantaranya dihasilkan dari aktifitas rumah tangga. Hampir setiap hari sampah dihasilkan. Sampah berupa sisa makanan, kemasan plastik, kardus.

Hari ini kita menyaksikan gairah usaha terus berkembang. Usaha kuliner tumbuh bak jamur. Kuliner memberikan kontribusi PDB subsektor Ekraf sebesar 41,40% di tahun 2016.

Sisi lain kuliner memberikan kontribusi sampah sangat besar. Menurut data FAO 13 juta ton makanan dihasilkan setiap tahun di Indonesia. Sampah makanan dari usaha gerobak, warung, ritel, katering sampai restoran.

Belum jumlah sampah plastik dan sampah kertas. Ditambah sampah dari industri, pertanian, rumah sakit, perkantoran, perhotelan, dan tempat-tempat hiburan. Kenaikan volume sampah semakin tidak terkendali.

Dampak sampah sangat membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Penggunaan plastik dalam jangka panjang membahayakan tubuh manusia. Mikroplastik atau potongan plastik yang berukuran hanya beberapa milimeter dapat mempengaruhi metabolisme kesuburan, infeksi bagi organ manusia. Plastik juga memicu suburnya sel kanker.

Hewan, biota laut yang tercemar sampah plastik bisa menyebabkan kematian. Seperti nasib paus sperma, diduga mati karena menelan sampah plastik. Bahkan dampak sampah plastik akan kembali ke manusia jika mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung mikroplastik.

SAMPAH DIGITAL
Sampah ini tidak berwujud fisik. Istilah kerennya intangible. Sampah digital berupa data dan informasi yang tersebar di internet. Sampah ini dihasilkan manusia melalui kreatifitas otak, lalu diinput oleh jari-jemari ke web dan medsos.

Di internet sebagian besar informasi tidak dihapus. Setiap hari ada jutaan email. Postingan informasi dari seluruh akun penjuru dunia terus update. Konten informasi berupa tulisan, gambar, voice, dan video sangat besar jumlahnya. Menurut Seagate, perusahaan penyimpan data, pada 2025 diperkirakan data akan mencapai 163 ZB (Zettabyte) atau setara 163 triliun GB (Gigabyte).

Kini milyaran informasi itu disebut big data. Data-data ini rumit, berserakan di jagad maya. Sulit diolah jika hanya mengandalkan database konvensional. Hanya saja dari sekian data itu sebagian berupa informasi tidak bermanfaat, spam, bahkan hoax atau palsu.

Meski tidak berupa fisik, sampah ini bisa membuat kronis kehidupan sosial. Informasi tidak bermanfaat membuat orang menjadi sangat sibuk. Setiap detik akan terdorong membuka sejumlah notifikasi medsos. Sebagian informasi itu tidak memberi dampak ke produktifitas kerja.

Tsunami informasi sedemikian dahsyat. Semakin parah dampaknya dengan adanya hoax. Informasi hoax alias bohong atau palsu. Kabarnya informasi hoax ini dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan kejahatan atau menjatuhkan figur tertentu.

Hoax membuat kehidupan manusia jadi tidak tenang. Membuat psikis terganggu. Diliputi rasa resah, takut, dan cemas. Bisa dibayangkan ketika terjadi bencana alam seperti tsunami, gempa, dan banjir. Masyarakat menderita kehilangan anggota keluarga dan harta. Duka belum usai, beredar informasi hoax akan datang bencana lebih besar.

Lambat laun informasi hoax berpotensi membunuh manusia. Kebahagiaan semakin menipis. Umur manusia semakin pendek karena terus tertekan secara psikis. Hoax sangat berpotensi memicu konflik sosial di tengah masyarakat. Dampaknya tatanan sosial bisa porak-poranda.

SOLUSI HOLISTIK
Menghentikan produksi sampah secara total dan drastis tidak mudah. Dibutuhkan solusi holistik dan komitmen bersama untuk mengatasi penumpukan sampah. Tantangan untuk memulai dan konsistensi membutuhkan motivasi tinggi dari seluruh pihak.

Pribadi atau keluarga bisa memulai meminimalisir sampah melalui kebiasaan ramah lingkungan. Seperti penggunaan tas yang bisa dipakai berulang-ulang sebagai pengganti kresek belanja.

Menyiapkan wadah-wadah kecil untuk belanja. Belanja bulanan lebih baik ketimbang belanja harian karena akan meminimalisir sampah kemasan. Hambatannya tidak semua orang sanggup menyiapkan budget belanja bulanan.

Mengganti kebiasaan beli air kemasan dengan membawa botol minum dari rumah ketika perjalanan. Menyiapkan gelas untuk megganti air kemasan gelas plastik bagi tamu. Jamuan makanan kemasan kotak bisa diganti prasmanan. Kebiasaan ini bisa diterapkan di perkantoran.

Memanfaatkan sisa makanan sebagai kompos organik rumah tanggan. Ini juga lebih sulit terutama pemukiman perkotaan yang minim lahan. Membiasakan anak-anak makan makanan basah atau tidak dalam kemasan plastik. Ini lebih sehat dan ramah lingkungan.

Generasi millenial punya andil terutama sebagai konsumen untuk lebih bijak dalam penggunaan plastik. Menerapkan gaya hidup ramah lingkungan akan mengurangi penggunaan plastik. Awal memulai pasti akan terasa ribet dan tidak praktis. Ada rasa malu seolah tidak menghargai tamu memberi sajian tanpa kemasan. Wajar ini sebagai kebiasaan baru.

Jika hilir penggunaan plastik adalah rumah tangga atau perkantoran, maka hulu dari plastik adalah industri plastik. Pertumbuhan industri plastik sejalan dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi terutama makanan.

Mungkinkah industri plastik dihentikan. Alasan ekonomi dan lapangan pekerjaan akan menjadi persoalan baru ketika langsung dihentikan. Data Kemenperin menyebutkan 925 perusahaan bergerak diindustri plastik. Total produksi plastik per tahun mencapai 4,68 juta ton. Industri plastik menyerap tenaga kerja mencapai 37.327 orang.

Solusi bisa dilakukan secara bertahap dengan beralih ke produksi plastik degredable dan biodegredable. Meski tidak 100% ramah lingkungan, setidaknya dapat diurai lebih cepat dari plastik biasa. Atau mengubah produksi plastik sekali pakai ke produksi plastik yang bisa digunakan secara berulang. Serta memastikan industri plastik mempunyai kemampuam daur ulang.

Regulasi dan sinergi antar institusi pemerintah sangat dibutuhkan untuk menanggulangi kondisi darurat sampah nasional. Persoalan sampah dari hulu ke hilir perlu dikelola secara holistik antar kementerian atau dengan pemerintah daerah. Antara kementerian industri dan kementrian lingkungan hidup perlu ada kebijakan bersama terkait tata kelola sampah plastik.

Lalu bagaimana dengan sampah digital. Solusinya tidak jauh beda. Prinsipnya semua pihak komitmen membangun informasi yang sehat dan mencerdaskan.

Penguatan literasi digital terus digiatkan, agar konten-konten beradab lebih banyak dikonsumsi masyarakat. Film kartun yang mendidik anak diperbanyak. Artikel ilmu pengetahuan, tips, inspirasi dan sajian bermanfaat terus ditumbuhkan.

Individu atau keluarga membiasakan hanya membaca informasi yang produktif terhadap manfaat finansial plus moral. Menyaring setiap informasi dengan cek ke sumber lain yang lebih akurat untuk menghindari info hoax. Beralih menyebar status positif yang membuat orang merasa lebih bahagia.

Pemerintah berperan secara adil dan integratif untuk mengendalikan konten-konten informasi yang dapat memicu konflik sosial. Terutama jika informasi berpengaruh ke lapisan masyarakat bawah. Sedikit gesekan nyawa anak negeri akan melayang sia-sia.

Intinya jika ada kemauan ada jalan. Jika ada komitmen pasti ada dukungan. Dukungan dari konsumen dan investor ramah lingkungan. Dukungan dari alam semesta.