Tantangan Mendidik Yatim

Tantangan Mendidik Yatim

Tahun baru hijriah menjadi momen untuk berbagi kepada anak yatim. Yatim adalah anak belum usia baligh, ditinggal wafat oleh ayah. Ketiadaan bapak sebagai pemberi nafkah, pendidik anak, akan membuat anak menjadi lemah.

Yatim mendapat tempat istimewa di dalam Al-Qur’an. Insan yang beriman sangat dianjurkan untuk membantu yatim. Sebaliknya, menyakiti yatim berarti mendustakan Islam. Rasulullah terlahir sebagai yatim dan sangat mengasihi anak yatim.

Tanpa figur ayah, anak akan mengalami sejumlah masalah psikologis. Sulit mengelola emosi. Agresif dan mudah marah. Rasa percaya diri yang rendah. Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan. Prestasi sekolah yang buruk. Cenderung melakukan intimidasi ke teman dan terlibat kenakalan, untuk menutupi rasa takut dan kesedihan yang dirasakan.

Yatim perlu pendapat perhatian khusus, terutama dalam hal pendidikan. Tidak hanya akademik, anak yatim perlu dibina secara berkelanjutan, hingga memiliki kecerdasan emosi yang baik, kedisiplinan, dan kemandirian.

Selama ini banyak orang atau lembaga memberi hadiah, bahkan terkadang berlebihan, sehingga yatim merasa menjadi sosok paling diistimewakan. Dampak buruknya, mereka sulit diatur terkait ibadah dan belajar.

Agar anak yatim punya perilaku yang baik, pola pemberian dapat diatur, berikan secara proporsional atau sesuai kebutuhan. Di antaranya anak tidak menerima uang tunai secara langsung. Uang tunai dapat diberikan kepada ibu, keluarga dekat, atau pembina anak yatim, sehingga dapat dialokasikan dalam bentuk tabungan, kebutuhan pribadi, sarana belajar, fasilitas keterampilan, dan modal usaha saat lulus SMA.

Yatim dibina berdasarkan minat dan bakat, sehingga punya motivasi yang kuat untuk menguasai kompetensi yang dibutuhkan. Di Dompet Sosial Madani (DSM), yatim diposisikan sebagai sosok yang kuat, dilibatkan dalam giat kerelawanan dan kemandirian. Berlatih ternak, wirausaha, memelihara ikan, memotong hewan qurban, desain grafis, programmer, mengemudi mobil, dibekali SIM sesuai aturan umur, membantu penyintas bencana, dan terlibat kegiatan berbagi di daerah miskin.

Tidak hanya anak yatim, anak piatu, anak dari keluarga fakir-miskin, anak dari perceraian suami-istri, membutuhkan pembinaan yang istimewa sebagaimana didapat anak yatim. Pada akhirnya, pembinaan yatim terbaik adalah keluarga terdekat yakni ibu, paman, dan anggota keluarga lain. DSM sebagai lembaga zakat sebagai solusi akhir dalam pembinaan yatim. Mari bantu yatim dan anak dari keluarga pra sejahtera di bulan Muharram dan bulan-bulan lain.